Ud’uni Astajib Lakum
Itulah salah satu janji Allah yang membingungkan antra ngamen apa
ngamin, pilih salah satunya, sebenarnya dari dua kata yang berbeda namun sulit
di samakan ini syarat dengan kesamaan ketika kita melihat dari pangkal sisi
kedunya yaitu sama –sama mengaharapkan terkabulnya sesuatu yang diinginkan,
meski begitu perbedaan mendasar nya terletak pada apa yang diinginkan dan siapa yang akan mengabulkan keinginan itu.
Mari kita buka sedikit tabir perbedaan dari kedua kata ini ( Ngamen dan
Ngamiien)
Image |
Sedangakan Ngamien, bahasa yang berasal dari bahasa arab yaitu amin dan kemudian sengaja
kami modifikasi ala bahasa jawa, yaitu dengan menambah awalan “Nga” menjadi
“Ngamin” Seperti halnya kata do’a, ketika dijadikan kata pekerjaan dalam bahasa
jawa menjadi “dungo”. Sedangkan Amiin merupakan salah satu lafadh
yang digunakan oleh orang orang islam sebagai ganti dari bacaan-bacaan atas doa
yang dipanjatkan oleh orang memimpin membaca doa yang berarti, “Ya tuhan, kabulkanlah semua permintaan ini”.
Hanya saja, ngamien disini penulis mencoba untuk
menyamakannya dengan Ngamen seperti yang telah kita ketahui bersama. Jika ada
sekelompok orang ngamen, tanggapan pendengar ada dua. Pertama, mendengarkan
dengan cara menikmati alunan musik yang diperdengarkan. Kedua, tanpa menggubris
dan lalu merokoh gocehnya dengan “segera”
karena tak mau lama-lama sekelompok pengamen itu berada di sisinya.
Sementara jika dipersamakan dengan Amin atau Doa,
ada yang langsung diterima lalu dikabulkan apapun permintaannya. Justru ada
pula yang meskipun berdoa dengan “fokus”, permintaan-permintaannya tak ada
balasan dari yang Maha Mengabulkan Doa. Yang kedua ini, biasanya menjadi
keluhan hampir semua orang yang memanjatkan doa yang tak dikabulkan. Sementara
dari pemahaman penulis, bisa saja, kasus Doa yang masih ditahan, atau lebih
tepatnya belum dikabulkan itu karena faktor orang yang berdoa atau Dzat yang
dipinta.
Seharusnya, dipertanyakan dulu apakah dia (orang
yang berdoa) itu berdoa, atau hanya membaca doa? Jika hanya membaca doa,
wajar-wajar saja umpama tidak diterima. Dan jika memang benar-benar berdoa lalu
masih saja tidak diterima, bisa jadi karena Sang Maha Mengabulkan Doa itu
sangat senang mendengarkan doa-doa yang dikeluhkan. Nah, ini yang menjadi
persamaan antara Ngamien dan Ngamen beneran. Allah senang dengan jeritan dan
tangis dalam doa kita. Semoga saja. Amin.
Namun, antara “Ngamien” dan “Ngamen Beneran”, dua
istilah ini masih penulis bingungkan. Manakah yang Ngamen beneran dan
benar-benar Ngamen? Apakah mereka yang Ngamen dengan cara memainkan irama musik
dan memperlihatkan keahliannya? Ataukah mereka yang Ngamen dengan segudang
keluhan dan disertai tangisan? Tetapi yang jelas, mengamenlah supaya diNgaman
(Modifikasi dari kata Aman). Bukan mengamen agar dikasih Nguang (sudah penulis
jelaskan mengapa memakai istilah Nguang). Begitu saja. Daripada begitu Amin
saja.
Posting Komentar