BREAKING NEWS

Tegas dalam berfikir Lembut dalam bertindak

Minggu, 12 Mei 2019

Kita, atau Rektorat yang sedang tidak baik baik saja ???

oleh: Kang Ihyaul Ulum (Ketum LDK RAFA)
      
  Berbicara mengenai perguruan tinggi, tidak bisa terlepas dari berbagai macam dinamika didalamnya. Perguruan tinggi sejatinya hanyalah wadah belaka, bagi segenap insan yang berkecipung didalamnya. Karena itu, pencapaian mahasiswa tidak dapat di ukur dari kelas perguruan tinggi yang ia tempati. Akan tetapi, dari  seberapa besar usaha mahasiswa itu sendiri.

        Institut Agama Islam Al-Qolam merupakan salah satu di antara sekian banyak perguruan tinggi di Negri ini. Sebagai sebuah perguruan tinggi, Al-Qolam sampai saat ini masih tetap istiqomah untuk berbenah diri. Hal ini dapat di buktikan dari berbagai macam prestasi yang di peroleh akhir-akhir ini. Salah satunya ialah menjadi Institut terbaik se-Jawa, Bali,NTB dan NTT dalam bidang pembedayaan SDM.Namun, hal ini tidak di imbangi dengan kiat mahasiswnya.

        Melihat Al-Qolam saat ini, bagaikan melihat warnet raksasa yang di dalamnya berkumpul para gamer yang sibuk dengan dunianya. Bahkan oleh sebagian besar mahasisiwi-nya Al-Qolam di jadikan bioskop, tempat mereka menontop film Korea kegemarannya. Alhasil, Al-Qolam kini sudah tidak di gunakan sebagai mana fungsinya. Lalu, kita atau rektorat yang sedang tidak baik-baik saja?. Mari renungkan sejenak.

        Sebagaimana halnya perguruan tinggi lainnya, di dalam Al-Qolam juga terdapat organisasi intra kampus, yang sejatinya juga merupakan wadah bagi mahasiwa untuk mengembangkan keilmuanya. Namun, akhir-akhir ini organisasi intra tersebut seperti sudah kehilangan eksistensinya, baik itu BEM, DPM, UKM dan HMJ. Sebagian besar menganggap hal itu terjadi karena tidak adanya kejelasan mengenai warek tiga.

            Ketiadaan warek tiga memang betul masih belum menuai kejelasan, meskipun sudah begitu banyak penjelasan-penjelasan dari pihak terkait. Namun, apakah lantas hal itu di jadikan sebagai alasan mutlak bagi hilangnya eksistensi organisasi intra, baik itu BEM, DPM, UKM, dan HMJ. Penulis kira tidak, kita juga sebenarnya sebagai mahasiswa perlu untuk intropeksi diri. Sudahkah kita menggunakan Al-Qolam sebagaimana fungsinya, atau kita masih mau menfungsikan al-qolam sebagaimana yang telah penulis sebutkan di awal tadi. Sebagai warnet raksasa dan bioskop drama korea. Penulis kira, ini merupakan tanda tanya besar, bagi kita bersama.

         Penulis sepakat, kejelasan mengenai warek tiga harus segera di tuntaskan. Tapi, yang tidak penulis sepakati ialah, ketika ketiadaan kejelasan itu di jadikan kambing hitam atas hilangnya eksistensi BEM, DPM, UKM, dan HMJ kita. Kalau untuk menunggu eksistensi saja kita masih menunggu itu, penulis kira, kita masih kurang jiwa kemahasiswaannya. Mari kita berjuang bersama-sama mengembalikan al-qolam pada fungsinya. Sebagai perguruan tinggi tempat berkumpulnya intelektual muda, bukan tempat gamer main bersama atau bioskop untuk menonton dtama korea. Diakui atau tidak, kita (Mahasiswa) juga sedang tidak baik-baik saja.


Share this:

Posting Komentar

 
Designed By OddThemes & Distributd By Blogger Templates