Bermacam-macam
karakteristik mahluk Allah SWT yang telah diciptakan untuk mengisi warna warni
dalam kehidupan didunia ini. Diantaranya Allah SWT menciptakan iblis atau setan yang hanya berpotensi untuk melakukan
kesalahan, keangkuhan , makar dan sifat-sifat buruk lainnya. Disisi lain
itu Allah juga menciptakan mahluk yang
selalu berpotensi untuk melakukan kebaikan yaitu malaikat, dan dan daiantara
kedua mahluk ini Allah menciptakan Manusia yang punya potensi baik dan buruk
yaitu Manusia
Sudah
menjadi karakter alami manusia untuk berbuat salah karena selain dikarunia akal
manusia oleh allah SWT juga diberi nafsu, sehingga manusia selain berpotensi
untuk berbuat baik manusia juga punya potensi untuk berbuat salah. Sehingga dinamikan
kehiidupan manusia tiadak akan pernah lepas dari kebaikan dan keburukan.
Dibelahan manapun kita akan sdelalu menemukan dua bentuk perbuatan ini , dimana
saja kita berada kita pastilah akan menemukan kelompok kelompok masyarakat yang
religius, suka damai , tolong menolong, dan lain sebagainya, namun disi lain
kita tidak akan melewati keehidupan tanpa adanya tindak criminal, makar, permusuhan
dan lain sebagainya, inilah manis pahit dinamika kehidupan manusia .
Sebagai
seorang muslim sudah seharusnya untuk berbuat baik sebagai mahluk yang
diciptakan hanya semata-mata untuk menghambakan dirinya kepada sang pencipta.
Karena manusia mulai awal penciptaan memang sudah berpotensi untuk melakukan
kegiatan positif (kebaikan) dan negative(dosa). Maka sebanyak apapun kesalahan yang dilakukan
,sebesar apapun dosa yang telah
diperbuat,manusia yang muslim seyogyanya untuk selalu berusaha untuk
memperbaiki dirinya karena sifat pengampun Allah SWT lebih besar dari itu disi
lain penghambaan pada tuhan adalah tugas manusia diciptakan . Bukankah Allah
telah memberikan kabar ini dalam al-qur’an yang berbunyi:
قُلْ يَاعِبَادِي الَّذِينَ أَسْرَفُوا عَلَى
أَنفُسِهِمْ لاَتَقْنَطُوا مِن رَّحْمَةِ اللهِ إِنَّ اللهَ يَغْفِرُ الذُّنُوبَ
جَمِيعًا إِنَّهُ هُوَ الْغَفُورُ الرَّحِيمُ
“Katakanlah: “Hai
hamba-hambaKu yang melampaui batas terhadap diri mereka sendiri, janganlah kamu
berputus asa dari rahmat Allah. Sesungguhnya Allah mengampuni dosa-dosa
semuanya. Sesungguhnya Dia-lah Yang Maha Pengampun lagi Maha Penyayang” (QS Az
Zumar: 53)
Dari ayat diatas dapat dipahami seberapapun besar dosa
seorang hamba, jangan merasa putus asa untu bertaubat dan mendekatkan diri pada
Allah Swt, karena jika seseorang segera
bertaubat kepada allah SWT dan selalu mendekatkan diri kepada allah dengan
beribadah kepadaNya, Allah SWT akan menyambut hamba tersebut dengan rahmatnya.
Ketika seorang hamba mendekatkan diri pada allah dengan beribadah kepadanya
maka allaoh juga akan lebih mendekatkan rahmat nya kepada hamba tersebut, semakin
tinggi tingkat seorang hamba dalam
mendekastkan diri kepada Allah , maka semakin cepat pula allah menyambut
hambanya dengan keluasan rahmatnya, dan begitupun seterusnya. Hal ini telah
nabi Muhammad SAW sampaikan dalam hadist nya:
وعن أَبي
هريرة - رضي الله عنه - ، عن رسول الله - صلى الله عليه وسلم - ، أَنَّهُ قَالَ :
(( قَالَ الله - عز وجل - : أَنَا عِنْدَ ظَنِّ عَبْدِي بِي ، وَأَنا معه حَيْثُ
يَذْكُرنِي ، وَاللهِ ، للهُ أفْرَحُ بِتَوبَةِ عَبْدِهِ مِنْ أحَدِكُمْ يَجِدُ
ضَالَّتَهُ بالفَلاَةِ ، وَمَنْ تَقَرَّبَ إلَيَّ شِبْراً ، تَقَرَّبْتُ إِلَيْهِ
ذِرَاعاً ، وَمَنْ تَقَرَّبَ إِلَيَّ ذِرَاعاً ، تَقَرَّبْتُ إِلَيْهِ بَاعاً ،
وَإِذَا أقْبَلَ إِلَيَّ يَمْشِي أقْبَلْتُ إِلَيْهِ أُهَرْوِلُ )) متفقٌ عليه ،
وهذا لفظ إحدى روايات مسلم)رياض الصالحين (تحقيق الدكتور الفحل) - (ج 1 / ص 279(
Betapa besar kasih sayangAllah SWT pada manusia ,
kehidupan orang-orang non muslim yang notabenenya tidak mnyembah Allah hidup
dengan gelimang harta dan kemudahan sebgai bukti bahwa rahmat Allah lebih besar
nantinya untuk orang muslimbukankah ini
adalah sebuah kebesaran sifat “ rahman”
Allah SWT. Karena
itu, hendaklah seorang Mukmin selalu bersangkaan baik terhadap Allah bahwa Dia
pasti mengampuninya sebesar apa pun dosanya selama ia tidak berbuat syirik
terhadap-Nya serta hendaknya tidak berputus asa dari mengharap rahmat-Nya.
Semangat optimis (raja’) inilah yang perlu ditumbuhkan dalam sanubari
seorang muslim mendorong manusia sebagai pemompa semangat melakukan penghambaan
dirinya kepada sang pencipta semata-mata karena rahmat Allah SWT tak pernah
putus kepada hambanya.
Dan
jangan lupa optimis ini jangan hanya tumbuh
dalam perasaan belaka, tanpa diimbangi dengan tindakan, karena inilah
sebenarnya substansi sikap roja’ sebagai sifat terpuji yang ada kesamaan
dengan sikap umniah, salah satu sifat tercela. Perbedaan mendasar dari
keduanya adalah kalau raja’ disertai doa dan tindakan sedangkan umniah
tidak ada tindakan. Allohu A’lam.
oleh: Yusrof
Posting Komentar